Powered By Blogger

Welcome Sahabat.

Saya sebagai penulis berharap dapat berbagi ilmu dan pengalaman bersama-sama sahabat semua. thanks

Sabtu, 16 Mei 2009

SUNATULLAH

SUNATULLAH

Bahwa dengan mengenal perjalanan DIEN Allah yang telah diceritakan dalam kitab-kitab-Nya merupakan satu-satunya cara untuk mengenal Allah. Kenapa mengenal Allah harus melalui sejarah perjalanan DIEN-Nya? Karena sejarah perjalanan DIEN Al-Islam merupakan perilaku (sifat, karakter, tradisi) atau Sunatullah.

Dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang berbicara tentang istilah tersebut, akan tetapi sedikit sekali orang yang memperhatikan makna dari istilah sunnah. Para pemuka agama telah membuat definisi yang menyesatkan. Mereka mengatakan bahwa sunnah adalah salah satu hukum fiqih (wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram) yang merupakan suatu perbuatan Rasul yang bersifat alternatif (boleh dilakukan dan boleh ditinggalkan).

Itulah tipu daya “Iblis” untuk menyesatkan ummat para Rasul. Kalau perintah Allah mereka katakan wajib tetapi kalau dari Rasul mereka katakan sunnah. Mereka bermaksud memisahkan antara Rasul dengan Allah yang menyebabkan Allah terputus dengan Rasul-Nya.

Pada esensinya Rasul adalah utusan yang menyampaikan segala sesuatu yang berasal dari Allah. Jadi segala yang dibawa oleh Rasul adalah mutlak dari Allah, tidak mungkin Rasul membawa sesuatu yang bertentangan dengan Allah. 

Sunatullah bukan berarti suka-rela melainkan karakter atau sifat, tradisi atau kebiasaan. Jadi sunatullah adalah karakter atau sifat Allah yang telah berlaku dari dulu hingga kini dan didalamnya tidak ada perubahan dari dahulu hingga sekarang (Qs 48 / 23) 

“Sebagai suatu sunnatullah yang Telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu.” 

Perjalanan “Dien” Islam ini dimulai pada masa kekholifahan yang pertama, yaitu pada masa Adam. Apakah kita tidak memperhatikan tentang cerita Adam dalam Al-Kitab?! Ketika Adam dijadikan Kholifah atau wakil Allah di bumi, maka Adam diajarkan tentang Asma-Asma Allah.

Yang dalam bahasa Al-Qur'an –wa'allama Adamal asmaa a kullaha-, dan Allah mengajarkan Adam sifat-sifat segala sesuatu. Untuk menjadi seorang kholifah ia harus mengenal –asma- Allah. Asma adalah nama, nama adalah simbol atau alegoris dari sebuah sifat. Maka ia harus memahami sifat-sifat Allah untuk menjadi wakil Allah, sesuai dengan kedudukannya sebagai –tangan kanan- Allah di bumi.

Sebelum Adam dijadikan kholifah, dunia berada dalam kondisi zhulumat. Manusia hidup dalam kuasa kegelapan, suatu kondisi kehidupan jahiliyah, dimana manusia tidak mengaktualisasikan sifat-sifat Allah di dalam kehidupannya.

Disinilah terjadi kehidupan manusia yang selalu berbuat kerusakan, baik di alam maupun kerusakan nilai-nilai akhlaq manusia. Lalu Allah mengganti kehidupan gelap menjadi kehidupan terang (zhulumat ila nur) dengan mengajarkan kepada Adam sifat-sifatNya, kemudian Adam mengaktualisasikan sifat-sifat tersebut kedalam dirinya. Inilah pergantian peradaban Malam menjadi peradaban Siang (Qs. 3 / 190-191)

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Robb kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka." 

Pada masa inilah DIEN AL-Islam telah tegak sepenuhnya (kesempurnaan Sistem Allah) atau terwujudnya kehidupan yang -Rohmatan lil alamin- dalam artian bentuk AD-DAULAH. Secara alegorisnya manusia memiliki rumah / tempat beribadah dengan sempurna dan menjadi ummat utuh tiada perpecahan (Qs. 23 / 52)  

"Sesungguhnya ummat ini, adalah ummat kalian semua, ummat yang satu, dan Aku adalah Robbmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. "

Dalam perjalanan waktu, siang tak akan terus siang, siang menjadi sore, dan sore berubah menjadi malam. Terjadi pergantian peradaban manusia dari terang (siang) menjadi gelap (malam) itulah hukum keseimbangan, ada siang - ada malam (prinsip kesepasangan atau -azwaj- Qs 36 / 36). Dan dari ummat yang utuh tersebut menjadi terpecah-belah dan masing-masing bangga pada golongannya, manusia kembali pada kondisi jahiliyah (Qs. 23 / 53)

Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan ummat mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Kondisi seperti ini sesuai dengan yang tertulis di Al-Qur'an pada surat 7 ayat 34

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu.  Maka apabila Telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. "

DIEN Islam yang dibawa oleh Adam telah runtuh, manusia tidak lagi memiliki rumah / tempat beribadah (bait Allah).Aturan-aturan manusia menyaingi aturan-aturan Allah dengan kata lain DIEN TOGHUT menguasai bumi.

Setelah malam menyelimuti bumi, malam tidak akan terus malam. Diutuslah seorang hamba dari golongan kanan yang akan memberlakukan kembali aturan-aturan / hukum-hukum Allah di bumi yang bernama Nuh. Datang sebagai pembawa berita gembira (tegaknya kembali DIEN Allah) dan peringatan (azab kepada yang menolak DEIN Allah) inilah tugas dari seoarang Rasulallah (Qs. 9 / 33, 48 / 28, 61 / 9) 

Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk  dan DIEN yang benar untuk dimenangkanNya atas segala DIEN, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. 

Allah kembali mengajarkan -asmaNya- kepada seorang anak manusia untuk merubah peradaban kehidupan manusia. Tatkala Rasul itu datang dengan membawa bukti-bukti yang nyata, ia didustakan oleh kebanyakan manusia pada masa itu (Qs. 71 / 1-7).

Walaupun Nuh didustakan ummatnya, Allah dan utusan-utusan (rasul) pasti akan menang (Qs. 58 / 21 ) dan Allah juga akan menyempurnakan cahayaNya meski banyak yang berniat memadamkan Nur Allah (Qs. 61 / 9 ). Kebangkitan DIEN atau -yaumiddien- pasti terjadi, karena memang sudah waktunya. Ummat manusia yang berada dalam kekuasan malam tak selamanya menguasai bumi, karena Tiap ummat memiliki batas waktu (Qs. 7 / 34) dan tergenapinya surat An-Nahl ayat 36

"Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Abdilah Allah (saja), dan ingkari Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). "

Maka DIEN Allah berkuasa di atas bumi. Hal semacam ini akan terus berlanjut, kareana tidak ada perubahan pada Sunatullah. Perintah menegakkan DIEN Allah pada surat 42 ayat 13 "Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang DIEN apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah DIEN dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang musyrik DIEN yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada DIEN itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (DIEN)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)", Dari sini kita dapat simpulkan bahwa perjalanan DIEN Allah atau pergantian peradaban -Siang- dan -Malam- merupakan suatu keajegan atau tidak ada perubahan. Ketika DIEN yang dibawa oleh Nuh telah berkuasa maka kekuasaan itupun ada batasan waktunya (Qs. 7/34). Artinya kekuasaan peradaban -Siang- juga memiliki batasan waktu. Proses naik-turunnya DIEN Allah ini dikatakan dalam Al-Qur'an pada surat 32 ayat 5 bahwa perhitungan waktunya adalah +1000 tahun.

"Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, Kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu" 

Peradaban kehidupan -Malam- kembali berkuasa dimuka bumi, ummat Nuh telah berganti dengan ummat yang zhalim (Qs 5 / 45). Pada masa ini berlaku kembali kebudayaan jahiliyah seperti halnya pada masa Adam sebelumnya. Ketika telah pada batasan waktunya, Allah kembali membangkitkan RasulNya untuk mengubah kembali peradaban manusia dari gelap menjadi terang (Qs. 16 / 36) Rasul tersebut bernama Abraham / Ibrahim.

Beliau adalah Bapak para Nabi dan Rasul, dari beliau turun keturunan yang nantinya akan menjadi penguasa-penguasa Dunia (Qs. 2/124). Dengan gigih dan keuletannya karena begitu cintanya beliau dengan Robbnya, ia meninggalkan harta maupun keluarga (Ayah) demi menggapai Nikmat Allah. Beliau menggenapi fungsi dirinya sebagai penanggung-jawab tegaknya DIEN Allah dimuka bumi. Waktupun terus bergulir, kezhaliman kembali berkuasa, malam selimuti bumi (Qs. 31/29)

"Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." 

Dan ketika hukum-hukum Allah tidak diberlakukan manusia dalam kehidupannya, Allah kembali mengutus seorang utusanNya (Qs. 16/36) dari keturunan Bani Israel (Anak turun Ibrahim dengan Sarah) yang bernama Moses / Musa dengan tugas yang dengan Rasul sebelumnya, yaitu membawa petunjuk dan DIEN untuk dimenangkan dari segala dien (Qs. 9/33, 48/28, 61/9). Ketika Rasul dibangkitkan dan diutus Allah, selalu didustakan oleh ummatnya (Qs 73/15-16). Musa mulai mengemban tugas kerasulannya untuk membebaskan manusia dari perbudakan (manusia diatur oleh aturan manusia) agar manusia kembali kepada fitrahnya (rahmatan lil alamin).

Peradaban kegelapan atau ummat yang zhalim telah menemui batas waktunya (Qs. 7/34) berganti dengan ummat yang dicintai oleh Allah. Bani Israel yang dahulunya adalah kaum budak kini melalui prosesNya ditinggikan menjadi kaum yang dimuliakan Allah (Qs. 3/26)

"Katakanlah: "Wahai Sang Penguasa Alam semesta yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." 

Jerusalem menjadi kota terang Allah, kota keadilan atau bait Allah, dan menjadi kerajaan besar yaitu Kerajaan Israel Raya (AD-DAULAH). Namun, Daulah tersebut tak selamanya tegak. Berdasarkan Al-Qur'an surat 7 ayat 34 dan surat 3 ayat 26, Ummat Musa akhirnya tergantikan dengan ummat yang zhalim.

Kondisi menjadi gelap lagi, hukum-hukum Allah tidak diberlakukan/diacuhkan (digunakan secara parsial/sebagian) menjadi ummat yang sudah tidak cinta kepada Allah, maka Allah tidak akan cinta lagi kepada ummat itu Akan tetapi kemarahan Allah kepada umat akan berubah menjadi kasih sayang kembali.

Setelah melalui kurun waktu yang ditentukan Allah (Qs. 32/5), diutuslah kembali seorang anak manusia sebagai pengemban risalah Allah (Qs. 9/33, 48/28, 61/9) yang bernama Isa atau Al-Masih (Mesias / Jesus) untuk mengembalikan Jerusalem yang kedua sebagai kota terang Allah. Sesuai fungsi dari dirinya sebagai Nabi/Rasul adalah menggenapi nubuwah nabi-nabi/rasul-rasul sebelumnya.

Kembalinya Jerusalem yang kedua bukan kerajaan dongeng atau spiritual, dimana Jesus datang dari langit dan turun ke bumi sebagaimana pemahaman manusia sekarang ini. Bahwasanya penggenapan dari nubuwah Yesaya, Yeremia, Hosea, dan Zakaria itu adalah konkret/nyata. Berita utama dalam Injil adalah tentang penggenapan Jerusalem kedua atau tegaknya kembali kerajaan Allah (Mark 1:15). 

"Jesus mengatakan bahwa waktunya telah genap, kerajaan Allah sudah dekat bertobatlah dan percayalah kepada Injil" 

 Kalau kebanyakan orang mengartikan kebangkitan Jerusalem belum tergenapi, bahwa Jesus disalibkan dan meninggal kemudian dibangkitkan dari kematian dibawa ke langit hingga nanti diakhir jaman Jesus turun membawa kerajaan Allah, itu jelas bertentangan dengan Injil.

Seandainya demikian, berarti Jesus gagal menggenapi nubuwah Yesaya, Yeremia, Hosea, dan Zakaria juga bisa dikatan tidak menggenapi nubuwah tersebut. Apabila ada yang berpendapat demikian, maka secara tidak langsung dia mengatakan bahwa Jesus adalah Nabi/Rasul palsu (Ulangan 18:20-22), ini merupakan suatu pelecehan yang amat besar. Untuk ukuran "DEKAT" dalam hitungan waktu apakah 2000 tahun lebih masih bisa dikatakan dekat?! Itu adalah kedustaan yang luar biasa, itu adalah kebohongan Romawi yang ingin menutupi malunya dimata Dunia.

Inilah pendustaan sejarah, kebohongan dunia yang dilakukan oleh Imperium Romawi sepanjang masa. Sesungguhnya Jesus adalah -batu yang terungkit lepas dari gunung- yang tanpa perbuatan manusia, menghantam kaki patung besar yang terbuat dari besi dan tanah liat (Imperium Romawi), sehingga patung itu remuk.

Kemudian batu yang menimpa patung itu menjadi gunung besar yang memenuhi seluruh bumi. Ini adalah bahasa amsal dari kembalinya Jerusalem menjadi Kota Keadilan Allah yang kedua seperti yang telah dinubuwahkan oleh Yesaya, Yeremia, Yehezkiel dan Zakaria. Jadi DIEN Allah telah tegak pada jaman Isa (Jesus).

Itulah Sunatullah yang telah berlaku dari dahulu dan tidak berhenti disini, dikatan dalam Kitab Yeremia 2:13 bahwa Bangsa Israel berbuat kerusakan dua kali. Kemudian nanti Bait Allah yang dibangun oleh Jesus itu akan hancur kembali seperti yang pertama kali. Jesus berkata ; "Kau lihat gedung-gedung yang hebat ini, semua akan diruntuhkan" Dia juga berkata : "Apabila kalian melihat Jerusalem dikepung oleh para tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di kota harus mengungsi, dan yang di desa jangan masuk kota lagi sebab itulah pembalasan dimana akan genap semua yang tertulis".

Inilah nubuwah tenteng kehancuran Jerusalem yang kedua (Qs. 7/34). Ummat yang dicintai Allah menjadi ummat yang dihinakan (Qs. 3/26) karena mereka telah meninggalkan Allah dan kembali berzina dengan dewa-dewa bangsa. Kembali malam selimuti bumi selama waktu yang telah ditentukan oleh Allah (Qs. 32/5) sampai pada akhirnya dibangkitkan kembali seorang utusan (Rasul) yang bernama Ahmad atau Muhammad (Qs 16/36) dengan tugas yang sama seperti Rasul-Rasul sebelumnya yaitu An-Aqimuddien atau menegakan hukum-hukum Allah di bumi secara utuh (Qs. 42/13, 9/33, 48/28, 61/9).

Muhammad tidak membawa ajaran atau syariat baru, dia hanya ditunjuk dan diamanatkan oleh Allah untuk kembali menegakkan Jerusalem, dia adalah Mesias yang menjadi penebus dosa dari manusia. Dia bekerja, sama dengan Musa dan berjuang seperti Jesus untuk mengembalikan Jerusalem atau dalam bahasa Arabnya "Darusalam", yaitu sebutan suatu tempat yang damai, adil, makmur, dan penuh keselamatan. Dan untuk itu maka harus diberlakukannya kembali hukum-hukum Allah di bumi. (Qs. 10/25) 

“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (Jannah), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).” 

Perjuangan pergerakan menegakkan -Kalimatillah- dilalui tahap demi tahap hingga tercapailah Darusalam (Jerusalem) atau dhohirnya DIEN Allah (Daulah) yang bersistem Kekholifahan yang sama dengan sistem yang dibawa Nabi/Rasul sebelumnya. Akan tetapi siang tidak selamanya siang, dan jangan mengira pohon yang hijau subur akan selamanya subur. Siang berganti sore, sore berlanjut menjadi malam. Karena sesuai dengan Sunatullah, pohon hijau akan berubah layu, menguning, kehitaman dan akhirnya menjadi kayu bakar.

Demikian pula pada Sunatullah kehidupan, tidak ada yang abadi. Jangan dikira apa yang ditanam oleh Muhammad  yaitu Darusalam (Kholifah fil Ard) akan abadi. Semua itu kini telah mati. Kholifah telah bubar dan ummatnya menjadi kayu bakar (Qs 7/34), menjadi ummat yang tertindas dalam kehidupan Internasianaol dari segi apapun.

Sejarah mencatat bahwa  Muhammad memulai tugas kenabiannya pada tahun 611 M, hingga pada tahun 634 M terwujudlah DARUSALAM (tegaknya DIEN Allah). Berdasarkan keterangan dalam Al-Qur'an, umur kerajaan Allah ini yang diamanatkan kepada Muhammad adalah + 700 tahun (2/261).

"Perumpamaan orang-orang yang menafkah hartanya (tijaroh) di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (hasil) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." 

Dan juga tentang tenggang waktu naik-turunnya kerajaan Allah atau pergantian peradaban manusia (DIEN Allah) ditetapkan Allah dalam Al-Qur'an pada surat 32 ayat 5 bahwa naik-turunnya adalah +1000 tahun. Apabila DIEN Allah telah runtuh pada sekitar tahun 1324 M di Cordova-Spanyol maka (Qs. 14/28-29)

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang Telah menukar nikmat Allah (Dinul Islam) dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?,”

“ Yaitu neraka jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” 

Hukum Allah itu bersifat abadi dari yang Maha Benar, DIEN itu adalah Fitrahnya dengan manusia. Allah menciptakan manusia untuk mengemban fitrah ciptaan Allah itu, dan dikatakan bahwa para nabi itu semuanya membawa syariat yang sama dari Adam sampai hancurnya bumi, hukum ini tidak ada perubahan karena dia adalah kebenaran, kalau dia berubah-ubah itu bukan kebenaran dan bukan hukum Allah namanya. Dikatakan dalam kitab suci bahwa seujung rambutpun hukum Allah itu tidak pernah berubah.

Maka tuduhan bahwa Jesus tidak menghormati hukum Taurat itu adalah omong kosong belaka, karena Jesus sendiri mengatakan bahwa dia tidak membawa hukum baru, karena di dalam Taurat itu tidak akan berubah sampai akhir zaman. Jadi, salah sekali bila dikatakan bahwa Jesus adalah Nabi yang menganulir atau tidak memberlakukan hukum Taurat. Inilah yang disebut dengan SUNNATULLAH, yang tidak akan pernah berubah sampai kapanpun (Qs. 48/23)  

“ Sebagai suatu sunnatullahyang Telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu.” 


 


Tidak ada komentar: